Sebuah organisasi yang besar memiliki kesulitan apabila memiliki banyak aplikasi yg berjalan sendiri-sendiri dan tidak ada komunikasi satu dengan yang lainnya. Tentunya masalah ini dapat saja terselesaikan dengan membangun sebuah aplikasi yang sangat besar dimana seluruh proses bisnis tercakup di dalamnya.

Tetapi, masalah akan muncul saat sebuah aplikasi baru akan masuk ke dalam sistem tersebut. Solusi yang paling memungkinkan adalah membuatnya terpisah dari aplikasi yang lama. Karena aplikasi baru ini terpisah dari yang lama, maka persoalan yang pertama kembali muncul.

SOA mampu memberikan solusi atas ketidak-nyamanan proses ini karena SOA menggunakan service-service yang loose coupled, atau mampu berdiri sendiri tanpa harus ada service lain, sehingga saat ada aplikasi baru yang datang, aplikasi tersebut dapat dimodulkan langsung ke sistem SOA tanpa ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

Selain itu, SOA juga dapat mendukung sinergi bisnis secara keseluruhan. Dikarenakan sifatnya yang loose coupled dan juga adanya ESB, maka organisasi pendukung lain dapat pula berpartisipasi dalam sistem besar ini. Contohnya, sebuah perusahaan manufaktur dengan suplier bahan baku. Saat manufaktur membutuhkan bahan baku, maka perusahaan tersebut akan meng-order ke suplier bahan baku. Perusahaan penyedia bahan baku tersebut menerima order-nya dengan sistem yang mereka bangun sendiri dapat terhubung dan tanpa ada kesulitan menerima dan memproses order dari manufaktur tersebut.

SOA adalah aplikasi yang berorientasi pada bisnis. Aplikasi yang dibangun dengan SOA mampu berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan bisnis. Karena di sebuah organisasi segalanya sudah memiliki service, maka seorang bisnis analis mampu membuat suatu rangkaian service yang baru dan merancangnya menjadi sebuah inovasi aplikasi baru yang lebih efisien dan efektif. Kemampuan SOA ini tidak ditemukan di metoda perancangan aplikasi yang lain dimana seluruh proses bisnis sudah tetap dan tak dapat berubah kecuali merancang-bangun perangkat lunak yang lama.